Pagi!!! Pagi!!
Cukup senang baca harian cetak langganan Bapakku pagi ini. Kenapa?? Soalnya ada berita menarik yang pasti bisa membuat bangga atau mungkin kagum setiap pembaca. Aku aja langsung penasaran dan bener-bener kagum.
Judul artikelnya "Sarmini, TKI yang Sarjana dari Malaysia". TKI yang sarjana? Ia dia seorang TKI yang mendapat gelar sarjana muda di Malaysia. Keren kan??? Yaa menurut aku sih membanggakan. Setelah beberapa bulan belakangan ini negara kita selalu diributkan sama masalah TKI yang dihukum pancung di Negara orang nan jauh di sana. Tapi terselip kabar kecil yang mengagumkan dari salah seorang TKI asal Banyumas.
Setelah berita menggemparkan mengenai Ruyati yang dihukum pancung di Arab Saudi sana dan Darsem yang ditebus sebesar 4,7M oleh Negara, agar terbebas dari hukuman pancung, dan kembali ke kampung halaman. Ada Sarmini yang justru dibantu oleh Majikannya untuk bersekolah.
Sarmini sudah memegang ijazah D2 yang dia peroleh dari Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra, Semarang, Jawa Tengah dengan Program Studi Dammacariya. Ia bertekad untuk melanjutkan studinya. Sebelum menjadi TKI, Sarmini sempat mencari kerja di Jakarta. Tapi Dia rasa untuk melanjutkan studinya itu, uang yang dibutuhkan sangat banyak. Makanya dia memberanikan diri menjadi TKI ke Malaysia. Sekali lagi. Tujuannya memang demi mendapat UANG banyak, tapi untuk ia gunakan sebagai modal mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.
Sarmini juga menargetkan kerjanya selama tiga tahun dan kembali ke Indonesia dengan uang hasil kerjanya tersebut untuk melanjutkan studi di Indonesia. Tapi sang Majikan tidak mengijinkannya pulang. Sang majikan yang berprofesi sebagai pengajar di salah satu perguruan tinggi swasta Malaysia, justru mengkhawatirkan Sarmini. Ia rasa uang yang Sarmini peroleh tidak akan cukup. Bahkan ia menawarkan Sarmini untuk membantu biaya Sarmini melanjutkan studinya. Sang Majikan memberikan bantuan sampai sebesar 1000 ringgit yang setara 28 juta rupiah. Sarminipun menerima tawaran yang diberikan majikannya setelah ia berpikir matang-matang.
Akhirnya Sarmini berkuliah di OUM (Open University Malaysia), dan menyelesaikan kuliah Diploma Pengurusan yang setara dengan D3 Manajemen di Indonesia. Keren kan? Walaupun Sarmini hanya seorang pembantu di rumah majikannya. Tekad Sarmini untuk kuliah, besar banget. Dia belajar serius. Selain memang mau kuliah, Sarmini juga ga mau ngecewain Majikannya yang udah kasih bantuan biaya dan juga kesempatan mengenyam pendidikan. IPKnya juga bagus loh, 3.39. Terlihat kalau Sarmini itu ga main-main.
Sekarang, Sarmini yang sudah kembali ke Indonesia mendapat tawaran bekerja di kantor pemerintahan daerah Banyumas, khususnya di Kecamatan Kebasen. Ini sebagai bentuk apresiasi pemerintah setempat atas kegigihan Sarmini.
Mungkin keberuntungan berpihak kepada Sarmini, dapat majikan sangat baik, bahkan peralatan kuliahnya pun disediain sama Majikannya. Selain keberuntungan yang ia dapatkan, Sarmini sendiri memang memiliki karakter yang baik. Jadi dia bisa sukses walaupun hanya menjadi pembantu rumah tangga di negeri orang.
Semoga sepenggal kisah singkat Sarmini ini, bisa jadi inspirasi kita semua. Kerja keras yang ga berkesudahan itu pasti akan ada hasilnya suatu saat nanti.
Semangat semua!!!
*sumber : harian cetak Kompas, 18 Juli 2011