Aku, Adikku, dan Sepupuku, Tu Mery berinisiatif untuk Melukat ke Pura Tirta Empul di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Kebetulan sekali Tu Mery punya waktu luang dan Adikku sedang berlibur ke Bali. Sambil mengisi liburannya dan mengusir penatnya aku.
Sebelumnya dikasih tau dulu aja ya, apaan sih Melukat?
Melukat itu perlambang pembersihan manusia dari hal negatif. Air adalah media untuk membersihkan diri. Dan Air yang kami gunakan berasal dari sumber mata air Tirta Empul.
Lokasi Permandian dan Pura Tirta Empul berada tepat di bawah Istana Kepresidenan Tampak Siring, yang dibangun secara permanen sejak tahun 1957-1963 atas prakarsa Presiden Soekarno.
Dengan bermodalkan niat, ketulusan, dan banten (sajen) kami meluncur ke Pura Tirta Empul di sore yang cerah itu. Kurang lebih sekitar satu jam perjalanan kami dari Sanur menuju Tirta Empul tanpa ada kemacetan. Sampai di Tirta Empul kami harus cek dan ricek dulu bawaan kami. Tak hanya Banten, tapi juga baju ganti. Sudah lengkap segera melangkah menuju lokasi pemandian.
Suasana pemandian saat itu masih belum begitu ramai. Kami bersembahyang dulu sebelum menceburkan diri ke pemandian. Aku dan Mery giliran pertama untuk melukat. Biar ada yang poto-potoin. Hehheee..
Nah, suasana saat itu masih sepi terlihat di kolam pemandian pun masih sedikit antriannya.
Prosesi kami saat melukat dan tetap berpose. hehehee... Yaa harus berpose, untuk lupain dinginnya air di sana. Dingiiiiiiiin sekali.. brrrr...
Selesai kami yang melukat, sekarang giliran Ade ku. Hari pun semakin malam, air semakin dingin, tapi semakin ramai orang-orang yang menceburkan dirinya ke kolam.
Tuh, terlihatkan. Hari sudah malam, lampu-lampu sudah nyala. Tapi malah semakin banyak orang yang datang melukat. Padahal udara dan air semakin terasa dingin.
Demikianlah kami melukat dengan sumber air dari Tirta Empul. Setelah melukat dengan air pancuran dari Tirta Empul dan berganti baju, kami segera melakukan persembahyangan ke Pura. Persembahyangan bersama, sebagai wujud rasa terima kasih dan rasa syukur kami kepada Sang Hyang Widhi Wasa.
Selesai persembahyangan, badan terasa ringan, pikiran rasanya jernih, hati rasanya tenang sekali. Dan tentu rasa ini kami ekspresikan ke dalam kamera lagi.
Perut kami pun minta tolong untuk diisikan makanan. Mumpung masih di daerah Ubud, kami melajukan mobil ke sebuah warung iga yang cukup fenomenal.
Yup! Kami meluncur ke Nuri's. Tentu karena penasaran dengan rumor Pork Ribs yang rasanya luar biasa enak. Layaknya masuk warteg Bule. Karena suasananya yang kayak warung tapi klasik dan pelanggannya yang semua orang asing.
Dan ini menu kami!!!
Selamat Makaaaaaaan!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar